Menilai kelayakan investasi pada perusahaan yang menjanjikan selalu memberikan keuntungan

Beberapa hari ini berita utama di koran yang terbit di kota saya adalah tentang sebuah perusahaan yang membuat para investornya merasa dikecewakan dan dibohongi.  Sebuah perusahaan yang menghimpun dana dari masyarakat dengan imbalan selalu memberian keuntungan kepada investor dengan jumlah yang ditetapkan dimuka dan dijanjikan rutin dibayar setiap bulan.

Kini ternyata perusahaan tersebut tidak lagi mampu melakukan kewajibannya yaitu membayar imbalan atas sejumlah dana investasi dari investor yang kini telah berjumlah 1000 investor.  Dana investor yang terkumpul tak kurang dari puluhan miliar rupiah.  Sebuah jumlah yang cukup sangat banyak.

Berita yang menghebohkan ini menarik untuk saya komentari dan artikel ini adalah curah pikiran saya seputar bagaimana menilai kelayakan investasi pada perusahaan yang menjanjikan selalu memberi keuntungan.  Karena saya bukan seorang yang benar-benar memahami cara menilai kelayakan investasi maka artikel ini hanyalah sekedar buah pikir saya sebagai seorang yang awam.

Kira-kira beberapa bulan atau beberapa tahun yang lalu (saya tidak tahu persisnya kapan) sebuah perusahaan mengajak masyarakat untuk ikut serta menjadi investor menanamkan uang untuk dikelola perusahaan tersebut.  Sebagai imbalannya setiap investor akan selalu mendapatkan keuntungan berupa uang sejumlah sekian persen dari jumlah uang yang investor investasikan.

Jadi misalnya seorang investor menginvestasikan uang sejumlah 10 juta rupiah maka dalam setiap bulan sang investor dipastikan oleh perusahaan tersebut akan mendapatkan hasil berupa uang katakanlah 1 juta rupiah. Artinya dalam waktu sepuluh bulan akan mendapatkan pemasukan sejumlah 10 juta rupiah.  Sebuah janji yang sangat menggiurkan dan jauh lebih menarik dari pada capek-capek memulai usaha sendiri.

Karena tergiur janji besarnya keuntungan pasti yang bakal diraih oleh investor itulah maka banyak orang yang menjadi tertarik lalu menginvestasikan sejumlah uang dari nilai satu juta rupiah hingga bahkan sampai 100 juta rupiah.

Pada beberapa bulan pertama sejak investasi dimulai pembayaran uang bagi hasil lancar diterima oleh investor setiap bulan dengan jumlah sesuai prosentase yang dijanjikan.  Kemudian akhirnya sejak beberapa bulan lalu perusahaan tersebut tidak bisa lagi menunaikan kewajibannya kepada investor.

Lalu pertanyaannya mengapa bisa perusahaan tersebut menjadi gagal bayar, lalu kenapa pula investor begitu mudahnya mempercayai iming-iming keuntungan besar yang dijanjikan perusahaan tersebut hingga tak ragu-ragu menginvestasikan uang mencapai ratusan juta rupiah.

Berikut ini beberapa cara menilai kelayakan investasi pada perusahaan penghimpun dana masyarakat.

1. Apa jenis usaha yang dijalankan oleh perusahaan tersebut.

Apapun jenis usahanya, perusahaan tersebut mustilah bergerak di bisnis yang sudah mereka pahami liku-likunya.  Sehingga mereka seharusnya sudah mendapatkan gambaran keuntungan dari bisnis yang digeluti. Berbisnis di bidang yang tidak dipahami dan tidak memiliki pengalaman tentangnya sama artinya mencoba-coba.  Menghimpun dana masyarakat untuk mengelola usaha yang coba-coba ibarat membuat jerat lalu terperangkap sendiri olehnya.

2. Berapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dan bagaimana membagi keuntungan antara perusahaan dan investor.

Katakanlah pembagian labanya adalah 20% untuk perusahaan dan 80% untuk investor.  Contoh: dari modal 1 juta akan diperoleh untung 10% dari 1 juta yaitu: 100 ribu sebulan.  Jadi kalau modalnya 100 juta akan didapat keuntungan sebesar 10.000.000 setiap bulan.

Bila investor menginvestasikan uang 1 juta akan ada potensi keuntungan 80 ribu setiap bulan.  Untuk membuat investor tertarik berinvestasi perusahaan bahkan menjanjikan keutungan tetap yang akan selalu diberikan setiap bulan.  Maka artinya sang investor tanpa harus kerja keras (tidur saja) tak pula perduli apakah perusahaan tersebut meraih untung atau merugi sang investor akan mengantongi uang sebesar 80 ribu setiap bulan dari uang 1 juta yang mereka investasikan.  Sangat menggoda hati investor yang lugu.

3. Apakah perusahaan tersebut akan selalu meraih keuntungan.

Tidak ada bisnis di muka bumi ini yang selalu akan memberikan keutungan.  Walaupun meraih untung tidak juga selalu akan meraih untung dengan jumlah yang tepat seperti yang diprediksi, ini pastilah sudah dipahami dan diyakini benar oleh setiap pebisnis.

4. Apakah layak perusahaan tersebut selalu memberikan laba dengan prosentase tetap sesuai besaran uang yang investor investasikan.

Pastil layak selagi perusahaan setidaknya selalu meraih keuntungan minimal dengan jumlah yang ditetapkan.  Lalu hukum bisnis mengatakan bahwa tidak ada pebisnis yang bisa meyakini sebuah usaha akan selalu meraih untung.  Apalagi dengan jumlah keuntungan yang tepat sesuai prediksi semula.

5. Berapa batas terendah investasi dan berapa rupiah pula batas tertinggi, kemudian berapa batas minimal dan maksimal total dana terkumpul dari semua investor.

Lagi-lagi bila sebuah bisnis selalu mendapatkan untung sebesar yang diperkirakan maka semakin banyak modal yang digunakan untuk bisnis semakin besar pula untung yang diraih.  Namun dalam kasus diatas dimana perusahaan akan selalu memberikan untung kepada investor maka perusahaan jelas harus bisa mengelola semua dana investor dengan cara yang bisa membawa untung.

Tidak boleh ada dana menganggur, dana menganggur sama saja membebani perusahaan karena dana tersebut tidak memberikan keuntungan kepada perusahaan, sebaliknya kewajiban memberikan keuntungan kepada investor harus dilaksanakan secara rutin.

6. Apakah perusahaan tersebut akan selalu bisa membayarkan kewajibannya kepada investor hingga berakhir masa kontrak investasi.

Ini terkait dengan untung rugi yang dialami perusahaan dan besaran persentase dana investor yang digerakkan untuk bisnis.  Dana investor yang menganggur akan membebani keuangan perusahaan karena adanya keharusan sercara rutin memberikan laba kepada investor dengan persentase yang tetap sesuai dengan jumlah uang yang diinvestasikan.

Perusahaan juga akan mengalami gagal bayar bila mengalami kerugian dari bisnis yang dijalankan dalam kurun waktu minimal tertentu.  Atau dengan kata lain untuk memastikan agar perusahaan selalu bisa membayar maka perusahaan harus meraih untung dari bisnis apapun yang dijalankan dengan jumlah minimal tertentu.  Atau kalau terpaksa merugi tidak boleh mengalami kerugian melewati batas dan periode waktu minimal tertentu.  Ini jelas mustahil dan tidak masuk akal, karena tidak ada bisnis yang selalu memberikan keuntungan meskipun dengan keuntungan minimal tertentu.  Sebuah usaha pastilah akan pernah meraih untung begitupula akan pernah juga merugi.

Jadi, berinvestasi di sebuah perusahaan yang menjanjikan selalu memberikan keuntungan dengan jumlah yang ditetapkan dari awal meskipun perusahaan tersebut nantinya mengalami kerugian adalah sebuah investasi yang amat sangat layak dipertanyakan.  Lalu apa bedanya dengan menabung di bank yang selalu memberikan keuntungan berupa bunga bank kepada penabung, meskipun kecil.

Bila kita tertarik berinvestasi dengan alasan apapun, yakinlah setiap investasi tidak mutlak harus meraih keuntungan.

• Tweet
• Share
• Share
• Share
• Share

About Admin MC3

This is dummy text. It is not meant to be read. Accordingly, it is difficult to figure out when to end it. But then, this is dummy text. It is not meant to be read. Period.

Related Post