Kepercayaan pelanggan mendukung terciptanya hubungan bisnis jangka panjang dengan konsumen

Ini artikel pertama yang saya terbitkan setelah libur lebaran Idul Fitri beberapa hari.  Artikel ini saya tulis seputar ritual menjelang lebaran, "mudik" atau "pulang kampung" yang dibumbui dengan peristiwa yang menimpa saya.  Sebuah peristiwa sederhana yang memupus kepercayaan saya sebagai pelanggan terhadap layanan dari sebuah perusahaan jasa.

Sejak awal puasa saya telah merencanakan akan pulang kampung.  Pagi-pagi sekali hari senin 29 Agustus saya telah berkemas-kemas menyiapkan segala sesuatu yang akan dibawah pulang kampung berlebaran bersama orang tua tercinta.  Sepeda motor telah "dipersiapkan" oleh adik saya untuk bisa dipacu selama tiga jam tanpa henti.  Hanya beberapa yang belum dipersiapkan yaitu: ganti olie dan mengisi tangki bahan bakar dengan bensin.  Semula maunya tangki bahan bakar dipenuhi Pertamax, namun karena mau irit biaya cukup bensin subsidi buat makanan mesin sang motor.

Tepat pukul 14:30 sore tgl 29 Agustus sepeda motor Yamaha Vega saya mulai bergerak menyusuri jalanan kota Palembang mengarah keluar kota menapaki jalan yang nantinya akan membawa saya sampai ke Desa tercinta.  Baru bergerak 15 menit saya berhenti mampir di rumah kakak, sekedar mengambil titipan dari kakak berupa oleh-oleh untuk orang tua tercinta.  Dua potong pakaian untuk Ibunda dan beberapa buah pempek bulat sebesar lengan saya dengan panjang kira-kira 20 CM beserta cukanya.  Lumayan sebagai buah perhatian sang kakak terhadap orang tua, meskipun sebenarnya kehadiran sang anak dan cucu akan jauh lebih diinginkan oleh setiap orang tua saat berlebaran.

Lima menit kemudian melanjutkan perjalanan, dan belum lagi 3 kilometer meninggalkan rumah kakak, saya merasakan ada yang tidak beres dengan mesin Vega yang saya tunggangi, batuk-batuk beberapa kali kemudian sunyi.

Setelah dicoba hidupkan beberapa puluh kali, sang mesin motor tak kunjung meraung.  Dengan terpaksa jurus terakhir digunakan "dorong motor" selama beberapa menit hingga menemukan "bengkel resmi" dengan teknisinya yang berseragam khas teknisi yamaha.

Setelah mendaftar untuk perbaikan sepeda motor, lalu antri menunggu giliran saya duduk manis di kursi yang disediakan dengan perasaan kesal karena "perjalanan yang terhambat".

Tiba giliran sepeda motor saya diperbaiki, sang montir mengatakan bahwa ada masalah dengan aki yang tidak bisa menyumbangkan api untuk menghidupkan motor.  Dengan percaya diri sang montir mengatakan bahwa dengan kondisi aki motor yang demikian maka sepeda motor saya tidak bisa dihidupkan.  Atau tanpa aki sang motor tidak bisa dihidupkan, titik.  Itulah satu-satunya penjelasan yang saya dapatkan.

Solusinya adalah beli aki baru dengan harga 130 ribu atau beli aki seken seharga 30 ribu. Apa boleh buat demi untuk bisa menghidupkan sepeda motor dan karena anggaran terbatas saya putuskan untuk beli aki bekas pakai yang terlebih dahulu harus dicharge.

Sementara menunggu sepeda motor selesai diobati, saya menelepon adik saya yang konon katanya sepeda motor saya sudah ia pastikan kelayakan jalan sebelumnya.  Saya menceritakan kondisi sepeda motor yang harus diganti akinya agar bisa jalan.  Masukan yang saya terima dari adik saya mengagetkan bahwa sebenarnya tanpa aki sekalipun sang sepeda motor bisa dihidupkan, yang perlu saya lakukan hanyalah memeriksa kondisi busi lalu melakukan beberapa tindakan yang sederhana.

Atau kesimpulannya adalah bahwa tanpa harus mengganti aki baik dengan aki baru atau aki bekas pakai sepeda motor saya tetap bisa dijalankan.

Sampai disini setelah menerima masukan informasi dari sang adik, saya merasakan seperti dibodohi oleh teknisi bengkel resmi tersebut.  Dan untuk lebih meyakinkan asumsi bahwa tanpa aki motor tetap bisa dijalankan, sekembalinya dari kampung kemarin saya bertanya kepada beberapa teman saya dan mereka mengatakan bahwa benar bahwa tanpa aki sepeda motor tetap bisa dihidupkan dan dijalankan.

Setelah menunggu kira-kira 30 menit sepeda motor selesai diperbaiki dan bisa dihidupkan menggunakan starter.  Hati saya cukup lega meskipun merasa sangat kecewa dengan perbuatan sang teknisi yang "menipu saya" dengan informasi yang terkesan membodohi.  Setelah membayar harga aki bekas pakai seharga 30 ribu serta ongkos servis 25 ribu (hanya memasang aki, tanpa perlakuan lainnya), saya melanjutkan perjalanan hingga sampai di desa 3 jam kemudian.

Apa yang saya alami tersebut cukup menjadi masukan bagi saya sebagai pelanggan untuk tidak lagi menaruh kepercayaan kepada tenaga teknisi yang ada di bengkel resmi tersebut.

Demikianlah, apa yang saya tulis ini sebenarnya sebuah artikel ketidakpuasan saya sebagai konsumen, dan semoga menjadi masukan bagi penjual jasa khususnya jasa servis perbaikan kendaraan bermotor.

Teknisi bengkel sepeda motor diatas telah dengan sengaja tidak mendukung usaha membangun brand perusahaan nya dengan menanamkan rasa ketidakpercayaan konsumen terhadap layanan mereka.

Dalam bisnis khususnya terkait dengan layanan kepuasan pelanggan menanamkan rasa percaya di hati konsumen mutlak harus dilakukan.  Sebuah bisnis jasa yang mendapatkan stempel "menipu pelanggan" atau "membodohi konsumen" lambat laun akan runtuh.

Dan umumnya pertanyaan yang paling sering timbul di kepala setiap konsumen yang butuh jasa khususnya jasa servis perbaikan kendaraan adalah: apakah sebuah perusahaan bengkel tersebut bisa dipercayai ?, akankah kita sebagai konsumen tidak akan dibodohi, ditipu ?. Sekali mendapatkan stempel "menipu konsumen" selamanya orang tak akan lagi percaya.

Previous
Next Post »

SILAHKAN MEMBERIKAN KOMENTAR MENGGUNAKAN TATA BAHASA YANG BAIK DAN BENAR. KOMENTAR MENGGUNAKAN KATA DENGAN EJAAN YANG TIDAK BAKU AKAN DIHAPUS. TERIMA KASIH ConversionConversion EmoticonEmoticon